makalah pneumonia
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pneumonia adalah infeksi saluran
pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak
dibedakan menjadi:
1) Pneumonia
lobaris
2) Pneumonia
interstisial (bronkiolitis)
3) Bronkopneumonia.
Pneumonia adalah salah satu penyakit
yang menyerang saluran nafas bagian bawah yang terbanyak kasusnya didapatkan di
praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian
terbesar bagi penyakit saluran nafas bawah yang menyerang anak-anak dan balita
hampir di seluruh dunia. Diperkirakan pneumonia banyak terjadi pada bayi kurang
dari 2 bulan, oleh karena itu pengobatan penderita pneumonia dapat menurunkan
angka kematian anak.
Bronkopneumonia disebut juga
pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir
yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang
sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa.
Kebanyakan kasus pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non infeksi yang perlu dipertimbangkan. Bronkopneumonia lebih sering merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada anak-anak dan orang dewasa.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak dibedakan menjadi:
1. Pneumonia
lobaris
2. Pneumonia
interstisial (bronkiolitis)
3. Bronkopneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan
pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi
berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).
Bronkopneumonia disebut juga
pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir
yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang
sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non
infeksi yang perlu dipertimbangkan.
Bronkopneumonia lebih sering
merupakan infeksi sekunder terhadap berbagai keadaan yang melemahkan daya tahan
tubuh tetapi bisa juga sebagai infeksi primer yang biasanya kita jumpai pada
anak-anak dan orang dewasa.
B. ETIOLOGI
Penyebab bronkopneumonia yang biasa
dijumpai adalah :
Faktor Infeksi
Pada
neonatus :
Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial
Virus (RSV).
Pada
bayi :
Virus : Virus parainfluensa,
virus influenza, Adenovirus,
RSV, Cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus
influenza,
Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.
Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.
Pada
anak-anak :
Virus : Parainfluensa,
Influensa Virus, Adenovirus, RSP
Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
Bakteri :
Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
Pada
anak besar – dewasa muda :
Organisme atipikal : Mycoplasma
pneumonia, C. trachomatis
Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis,
M. tuberculosis.
Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan
atau refluks esophagus meliputi :
a.
Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama
penelanan muntah atau sonde lambung ( zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak
tanah dan bensin).
b. Bronkopneumonia
lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang
mengandung minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan
yang mengganggu mekanisme menelan seperti palatoskizis,pemberian makanan dengan
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada
anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang
terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat
paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan .
Selain faktor di atas, daya tahan
tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun
pada penderita-penderita penyakit yang berat seperti AIDS dan respon imunitas
yang belum berkembang pada bayi dan anak merupakan faktor predisposisi
terjadinya penyakit ini.
C. PATOGENESIS
Dalam keadaan sehat pada paru tidak
akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya
mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat
berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :
Inhalasi langsung dari udara.
Aspirasi dari bahan-bahan yang ada
di nasofaring dan orofaring
Perluasan langsung dari
tempat-tempat lain
Penyebaran secara hematogen
Mekanisme daya tahan traktus
respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi yang terdiri
dari :
Susunan anatomis rongga hidung
Jaringan limfoid di nasofaring
Bulu getar yang meliputi sebagian
besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain yang dikeluarkan oleh sel
epitel tersebut.
Refleks batuk.
Refleks epiglotis yang mencegah
terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A.
Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
1. Stadium
I (4 – 12 jam pertama/kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada
respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi.
Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di
tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel
mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin
dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan
permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke
dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler
dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan
jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas
ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi
oksigen hemoglobin.
2. Stadium
II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi
sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus
yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit
dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
3. Stadium
III (3 – 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang
terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi.
Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
4. Stadium
IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang
terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan
eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke
strukturnya semula.
D. GAMBARAN KLINIS
Bronkopneumonia biasanya didahului
oleh infeksi saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik
secara mendadak sampai 39-400C dan mungkin disertai kejang karena demam yang
tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal disertai
pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.
Batuk biasanya tidak dijumpai pada
awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada
awalnya berupa batuk kering
kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
1. Inspeksi
:
pernafasan cuping hidung(+), sianosis sekitar
hidung dan mulut, retraksi sela iga.
2. Palpasi
:
Sistem fremitus yang meningkat pada
sisi yang sakit.
3. Perkusi
:
Sonor memendek sampai beda
4. Auskultasi
:
Suara pernafasan mengeras (
vesikuler mengeras )disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Pada bronkopneumonia, hasil
pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena.Pada perkusi
toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan.Pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi
satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara
pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki
dapat terdengar lagi.Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi
antara 2-3 minggu.
E. PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
1. Gambaran darah menunjukkan leukositosis,
biasanya 15.000 – 40.000/ mm3 dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit
yang tidak meningkat berhubungan dengan infeksi virus atau mycoplasma.
2. Nilai
Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun.
3. Peningkatan
LED.
4. Kultur
dahak dapat positif pada 20 – 50% penderita yang tidak diobati. Selain kultur
dahak , biakan juga dapat diambil dengan cara hapusan tenggorok (throat swab).
5. Analisa
gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium lanjut
dapat terjadi asidosis metabolik.
F. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai. Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun(1,2).
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan penunjang. Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai. Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat berada dalam batas yang normal. Kadar hemoglobin biasanya normal atau sedikit menurun(1,2).
Diagnosis etiologi dibuat
berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena pemeriksaan mikrobiologi
tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu
dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnosa dan tata
laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut bronkopneumonia
dibedakan berdasarkan :
Bronkopneumonia sangat berat :
1. Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak
sanggup minum,maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia berat. Bila dijumpai
adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum,maka anak harus dirawat
di rumah sakit dan diberi antibiotika, Bronkopneumonia.
2. Bila
tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
60 x/menit pada anak usia < 2
bulan
50 x/menit pada anak usia 2 bulan –
1 tahun
40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.
3. Bukan
bronkopenumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan
gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.
Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi kuman penyebab:
1. kultur
sputum atau bilasan cairan lambung
2. kultur
nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
3. deteksi
antigen bakteri
G. DIAGNOSA
BANDING
1. Bronkiolitis
2. Aspirasi
pneumonia
3. Tb
paru primer
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan bronkopneumonia tergantung pada penyebab yang sesuai dengan hasil dari pemeriksaan sputum,yang mencakup:
Penatalaksanaan bronkopneumonia tergantung pada penyebab yang sesuai dengan hasil dari pemeriksaan sputum,yang mencakup:
1. Anak
dengan sesak nafas,memerlukan cairan IV dan oksigen (1-2/menit)
2. Cairan
sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu dan status dehidrasi
3. Koreksi
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi seperti penisilin ditambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicilin.
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi seperti penisilin ditambah dengan kloramfenikol atau diberi antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampicilin.
I.
KOMPLIKASI
1. Otitis
media
2. Bronkiektase
3. Abses
paru
4. Empiema
J.
PROGNOSIS
Sembuh total, mortalitas kurang dari
1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan
malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi
sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat
dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya
zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh
negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis,
maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih
besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila
berdiri sendiri.
K. PENCEGAHAN
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti, cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll.
Penyakit bronkopneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti, cara hidup sehat, makan makanan bergizi dan teratur ,menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dll.
Melakukan vaksinasi juga diharapkan
dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi antara lain:
1. Vaksinasi
Pneumokokus
2. Vaksinasi
H. influenza
3. Vaksinasi
Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah
4. Vaksin
influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.
BAB
III
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengkajian
1.
Usia
Pneumonia sering terjadi pada bayi
dan anak. Kasus terbanyak terjadi pada anak berusia dibawah tiga tahun dan
kematian terbanyak pada bayi yang berusia 2 bulan.
2.
Keluhan utama: sesak nafas
3.
Riwayat penyakit:
Pneumonia
virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi
saluran nafas, termasuk rhinitis dan batuk serta suhu badan lebih rendah
daripada pneumonia bakteri. Pneumonia virus tidak dapat dibedakan dengan
pneumonia bakteri dan mukuplasma.
Pneumonia
stapilococcus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran
pernafasan bagian atas atau bawah dalam beberapa hari hingga satu minggu,
kondisi suhu tinggi, batuk dan mengalami kesulitan pernafasan.
4.
Riwayat penyakit dahulu
1) Anak
sering menderita saluran pernafasan bagian atas.
2) Riwayat
penyakit campak atau pertusis (pada bronco pneumonia)
5.
Pemeriksaan fisik:
1) Inspeksi.
Perlu diperhatikan adanya takipneu, dipsnea, sianosis sirkumoral, pernafasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif menjadi produktif,
serta nyeri dada pada waktu menarik nafas. Batasan takipnea pada anak 2-12bulan
adalah 50x/menit atau lebih, sementara pada anak usia 12 bulan sampai 5 tahun
adalah 40x/menit atau lebih. Perlu diperhatikan tarikan dinding dada kedalam
pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam tampak
jelas.
2) Palpasi.
Suara yang redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, premitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan
(takikardia).
3) Perkusi.
Suara redup pada sisi yang sakit.
4) Auskultasi.
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung
atau mulut bayi. Anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara nafas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang
sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernafasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising
gesek pleura.
6.
Penegak diagnosis
1) Pemeriksaan
laboratutium
a.
Leukosit 18.000 – 40.000/mm3
b. LED
meningkat
2) X-foto
dada
Terdapat bercak-bercak infiltrate
yang terbesar (bronco pneumonia) atau yang meliputi satu/sebagian besar
lobus/lobulus.
B.
Diagnosa/ masalah
1.
Diagnose medis : pneumonia
Berdasarkan pedoman MTBS(2000)
Pnemonia dapat diklasifikasikan menjadi 3 yaitu:
1)
Pneumonia berat / penyakit sangat berat , bila ada tanda bahaya (seperti anak
tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya , mengalami kejang
atau letergis/ tidak sadar
2)
Pneumonia dengan gejala nafas cepat ( perhatikan batas nafas cepat)
3)
Batuk bukan pneumonia bila tidak ada tanda tanda pneumonia atau penyakit sangat
berat.
2.
Masalah yang sering timbul:
1)
Invektivitas pola nafas.
2)
Deficit volume cairan.
C.
Rencana tindakan keperawatan
Apabila anak diklasifikasikan
menderita pneumonia berat atau penyakit berat di puskesmas/ balai pengobatan ,
maka anak perlu dirujuk segera seteah diberi dosis pertama antibiotic yang
sesuai.dosis pertama antibiotic yang dimaksud adalah klorofenikol yang diberikan
secara IM dengan dosis 40mg/kg BB. Jika anak diklasifikasikan dalam menderita
pneumonia , maka tindakan berikut ini diperlukan:
1)
Pemberian antibiotic yang sesuai selama 5 hari (untuk jenis antibiotika yang
sesuai lihat tabel di bawah ini.
2)
Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
3)
Berikan nasihat mengenai kapan harus segera kembali.
4)
Melakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.
Usia
|
Pilihan
pertama kontrimoksazol,
2x sehari selama 5 hari
|
Pilihan
kedua amoksilin 3x sehari selama 5 hari
|
||
Usia
atau BB
|
Tablet
dewasa
|
Tablet
anak
|
sirup
|
Sirup
|
2-4 bulan
(4-< 6 kg)
|
¼
|
1
|
2,5 ml
|
2,5 ml
|
4-12bulan
(6-<10 kg)
|
½
|
2
|
5,0 ml
|
5 ml
|
12-5 Tahun
(10- 19 kg)
|
1
|
3
|
7,5 ml
|
10 ml
|
Sumber : Buku Bagan MTBS (2000).
Keterangan :
1) Tablet
kotrimoksazol untuk dewasa terdiri 80 mg Trimetoprim + 400 mg
2) Tablet
kotrimoksazol untuk anak terdiri 20 mg Trimetoprim + 200 mg sulfametoksazol
3) Sirup
per 5 ml mengandung 40 mg trimetoprim + 200 mg sulfametoksazol.
Sedangkan untuk anak dengan
pneumonia yang dirawat dirumah sakit, diperlukan rencana keperawatan yang
sesuai dengan masalahnya:
1) Inefektivitas
pola nafas , rencana perawatan yang diperlukan adalah:
a)
Berikan o2 yang dilembabkan sesuai takikardi.
b)
Lakukan fisioterapi dada; kerjakan sesuai jadwal.
c)
Observasi tanda tanda vital.
d)
Berikan antibiotic dan antipiretik sesuai anvis.
e)
Periksa dan catat hasil x-ray dadan dan jumlah sel darah putih sesuai indikasi
f)
Lakukan suction bila perlu.
g)
Kaji dan catat penegtahuan serta partisipasi keluarga dalam keperawatan,
misalnya pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala infektivitas pola
nafas.
h)
Ciptakan lingkungan aman
2) Deficit volume cairan , intervensi yang
diperlukan adalah :
a)
Beriakan cairan sesuai kebutuhan
b)
Catat secara akurat intake dan output.
c)
Kaji dan catat tanda tanda vital serat gejala kekurangan cairan.
d)
Periksa dan catat BJ urine tiap 4 jam atau sesuai advis.
e)
Lakukan perawatan mulut sesuai dengan kebutuhan.
f)
Kaji dan catat penegtahuan serta partisfasi keluarga dalam monitoring intek dan
output serta dalam mengenai tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
g)
Ciptakan situasi yang aman.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pneumonia adalah infeksi saluran
pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Pneumonia pada anak
dibedakan menjadi: Pneumonia lobaris, Pneumonia interstisial (bronkiolitis) dan
Bronkopneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan
pada parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi
berbentuk bercak-bercak (patchy distribution).
Bronkopneumonia disebut juga
pneumonia lobularis yaitu suatu peradangan pada parenkim paru yang terlokalisir
yang biasanya mengenai bronkiolus dan juga mengenai alveolus disekitarnya, yang
sering menimpa anak-anak dan balita, yang disebabkan oleh bermacam-macam
etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. Kebanyakan kasus
pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi ada juga sejumlah penyebab non
infeksi yang perlu dipertimbangkan.